Selasa, 22 November 2011

Antara bahagia dan serakah

Kita memulai hidup kita lahir ke dunia sebagai seorang bayi yang masih suci seperti kertas yang belum tercoret. Saat itu yang Kita butuhkan hanya satu, kasih sayang seorang ibu. Dengan kasih sayang ibu Kita tumbuh menjadi anak yang baik. Kita kemudian menjalin hubungan dengan teman-teman kita. Saat itu Kita mulai mengenal lingkungan. Kebahagian kita saat itu adalah perhatian dari orang tua kita dan bahagia bermain dengan teman sebaya kita. Lalu kemudian orang tua kita menyekolahkan kita. Mungkin Kita belum terbiasa dengan kehidupan sekolah tapi dari sana Kita memulai belajar untuk beradaptasi dengan lingkungan. Dua belas tahun Kita belajar di sekolah dasar, Kita belajar dengan baik di sana. Hingga akhirnya Kita lulus sekolah dasar. Kita dihadapkan pada tiga pilihan : Lanjut Kuliah, Cari pekerjaan, Atau mungkin nganggur. Tapi tak semua dari kita mempunyai tiga pilihan itu, ada yang hanya punya dua pilihan, ironisnya lagi hanya satu pilihan. Apa pun pilihan kita, mestinya kita terbentur pada proses pencarian jati diri. Kadang kita telah merasa bahagia walau pun kita tidak tahu jati diri kita. Tapi kebahagiaan itu semu dan akan mudah luntur seiring berjalannya waktu. Dan pada saat itu kebanyakan dari kita akan bertanya pada diri sendiri "Aku telah peroleh apa yang aku cari, tapi aku bosan dengan semua ini..." Ada juga orang yang sering kita lihat hidup dalam kesusahan tapi tak tampak kerut wajah penyesalan di wajahnya. Dia malah menjalaninya dengan bahagia dan syukur (Mungkin dialah orang yang kita cari, Orang yang sudah menemukan jati dirinya, Dan kita perlu belajar bersyukur dari orang-orang seperti itu). Bagaimanapun, apa pun yang kita peroleh di muka bumi ini tidak akan pernah cukup untuk menghilangkan dahaga hawa nafsu kita. Kita memang harus berusaha untuk memperoleh apa yang kita cari, tapi kita jangan lupa bersyukur dan berdoa. Dan seandainya kita gagal kita ikhlaskan saja. Jika kita berhasil jangan lupa bersyukur.

"Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan..." Kutipan Surat Ar-Rahman

Dan sedikit kutipan dari Tao Te Ching 57 & 58 :
Semakin banyak hukum dan pembatasan,
Semakin miskin rakyat jadinya...
Semakin banyak peraturan dan pengaturan,
Semakin banyak pencuri dan perampok.
Ketika negara diperintah dengan ringan tangan,
Rakyatnya sederhana.
Ketika negara diperintah dengan kekerasan,
Rakyat menjadi licik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar harap tidak mengandung unsur SARA, jika terdapat unsur SARA, maka resiko menjadi tanggung jawab pemosting komentar