Dikutip dari wikipedia, Mars adalah planet terdekat keempat dari Matahari. Namanya diambil dari dewa perang Romawi, Mars.
Planet ini sering dijuluki sebagai "planet merah" karena tampak dari
jauh berwarna kemerah-kemerahan. Ini disebabkan oleh keberadaan besi(III) oksida di permukaan planet Mars. Mars adalah planet bebatuan dengan atmosfer yang tipis. Di permukaan Mars terdapat kawah, gunung berapi, lembah, gurun, dan tudung es. Periode rotasi dan siklus musim Mars mirip dengan Bumi. Di Mars berdiri Olympus Mons, gunung tertinggi di Tata Surya, dan Valles Marineris, lembah terbesar di Tata Surya. Selain itu, di belahan utara terdapat cekungan Borealis yang meliputi 40% permukaan Mars.
Masa depan manusia di sana tergantung pada tingkat keberhasilan riset badan antariksa dan penemuan-penemuan teknologi canggih untuk menjelajah luar angkasa. Bagaimanapun manusia memerlukan pesawat super canggih untuk sampai ke sana dengan cepat.
Berikut beberapa tahap yang dibutuhkan manusia agar bisa sampai ke sana dan berhasil membangun koloni di sana :
1. Mempersiapkan astronot-astronot yang memiliki kemampuan dalam berbagai bidang. Di antaranya kemampuan bertahan hidup dalam kondisi sulit, kemampuan membangun ekosistem alam buatan, kemampuan explorasi, dan banyak lagi yang dibutuhkan.
2. Perjalanan ke planet Mars
akan transit di stasiun ISS. Ilmuwan akan mempelajari bagaimana reaksi
tubuh manusia sebelum melakukan perjalanan panjang ke ruang angkasa.
3. Astronot
harus diuji terlebih dahulu , setidaknya di Bulan. Untuk dipelajari
bagaimana fungsi pembuluh darah mereka disana, dan apa efek radiasi yang
terjadi. Karena planet Mars memiliki radiasi lebih tinggi dibanding
planet Bumi.
4. Tahapan tahun 2018 - 2025
Pengiriman modul SLS Blok 1 tanpa awak ke ruang angkasa
Nasa
masih mengirim sebuah pesawat ruang angkasa dan unit Europa Clipper tahun
2022 ke planet Jupiter. Mengunakan roket SLS yang sama untuk ke planet
Mars.
Pengiriman SLS Blok 1B dikirim bersama Europa
SLS Blok 1B dengan 4 astronot dan modul 40kW
SLS Blok 1B dengan 4 astronot dan ruang modul kehidupan / habitation
SLS Blok 1B dengan 4 astronot dan logistik
SLS Blok 1B dengan 4 astronot dan ruang airlock.
Persiapan roket
5. Tahun 2027, pengiriman transpotasi SLS blok 1B cargo untuk transportasi di ruang angkasa
Tahun 2027 SLS Blok 1B dengan 4 awak, membawa logistik
Tahun 2028 dan 2029, SLS cargo DST untuk logistik dan bahan bakar.
Tahun
2030+ pengiriman DST logistik dan bahan bakar. Yang ini peralatan
pendukung astronot sampai di Mars. Modul ruang angkasa ini nantinya
dapat digunakan untuk transit dan transportasi di Mars.
Manusia tidak akan menginjakan kaki di planet Mars sampai tahun 2033,
tapi hanya lewat di orbit planet Mars yang dikirim oleh Nasa.
Sumber : wikipedia & obengplus.com
Rabu, 12 April 2017
Selasa, 11 April 2017
Danau Es di Planet Mars
Badan Antariksa AS, NASA, baru-baru
ini menemukan sebuah danau es yang mengering di bawah tanah planet Mars. Danau
es tersebut mengandung karbon dioksida lebih besar daripada yang diperkirakan ilmuwan
sebelumnya.
Material karbon dioksida yang tersisa itu diduga oleh ilmuwan berasal dari bekas lapisan atmosfer Mars di masa lampau saat planet Merah itu memiliki kondisi yang kondusif untuk kehidupan.
“Ini benar-benar harta karun,” kata Jeffrey Plaut, seorang ilmuwan yang bekerja di NASA Jet Propulsion Laboratory, dalam laporannya yang muncul di jurnal Science, seperti dikutip Pravda.ru.
“Kami menemukan sesuatu di bawah tanah yang tidak pernah disadari oleh siapapun sebelumnya,” tandas Plaut.
Temuan ini ditangkap pertama kali oleh radar observasi milik NASA, Mars Reconnaissance Orbiter, yang melayang di atas permukaan Mars. Radar antariksa ini merupakan radar yang diciptakan khusus untuk mencari tahu petunjuk tanda-tanda kehidupan di Mars.
Danau es itu berukuran 3.000 kilometer kubik, atau setara volume Danau Superior. Ia menampung karbon dioksida sangat besar, hingga dua kali massa atmosfer Mars. Jika dibandingkan dengan Bumi, atmosfer Mars memiliki tekanan permukaan kurang dari 1 persen. Dan, sekitar 95 persen udara di Mars adalah karbon dioksida, dibandingkan Bumi hanya memiliki 0,04 persen CO2.
“Kami sudah tahu bahwa ada karbon dioksida di atas sisa es kecil di permukaan Mars. Tapi, yang satu ini volumenya 30 kali lipat lebih banyak ketimbang perkiraan sebelumnya,” ujar Roger Philips, ilmuwan lain yang berasal dari Southwest Research Institute di Colorado dan juga menjabat sebagai wakil ketua tim untuk radar Mars Reconnaissance Orbiter.
Material karbon dioksida yang tersisa itu diduga oleh ilmuwan berasal dari bekas lapisan atmosfer Mars di masa lampau saat planet Merah itu memiliki kondisi yang kondusif untuk kehidupan.
“Ini benar-benar harta karun,” kata Jeffrey Plaut, seorang ilmuwan yang bekerja di NASA Jet Propulsion Laboratory, dalam laporannya yang muncul di jurnal Science, seperti dikutip Pravda.ru.
“Kami menemukan sesuatu di bawah tanah yang tidak pernah disadari oleh siapapun sebelumnya,” tandas Plaut.
Temuan ini ditangkap pertama kali oleh radar observasi milik NASA, Mars Reconnaissance Orbiter, yang melayang di atas permukaan Mars. Radar antariksa ini merupakan radar yang diciptakan khusus untuk mencari tahu petunjuk tanda-tanda kehidupan di Mars.
Danau es itu berukuran 3.000 kilometer kubik, atau setara volume Danau Superior. Ia menampung karbon dioksida sangat besar, hingga dua kali massa atmosfer Mars. Jika dibandingkan dengan Bumi, atmosfer Mars memiliki tekanan permukaan kurang dari 1 persen. Dan, sekitar 95 persen udara di Mars adalah karbon dioksida, dibandingkan Bumi hanya memiliki 0,04 persen CO2.
“Kami sudah tahu bahwa ada karbon dioksida di atas sisa es kecil di permukaan Mars. Tapi, yang satu ini volumenya 30 kali lipat lebih banyak ketimbang perkiraan sebelumnya,” ujar Roger Philips, ilmuwan lain yang berasal dari Southwest Research Institute di Colorado dan juga menjabat sebagai wakil ketua tim untuk radar Mars Reconnaissance Orbiter.
Rabu, 01 Maret 2017
Tujuan Kunjungan Raja Arab Salman bin Abdul Aziz datang ke Indonesia
Pada tanggal 1 Maret 2017, Indonesia dibuat heboh dengan kedatangan Raja dari Arab Salman bi Abdul Aziz. Kedatangannya bahkan memunculkan banyak sekali komentar komentar dari para netizen mulai dari yang positif sampai yang ke arah negatif... Yah.. mudah2an saja Indonesia cepat berubah dan para netizennya lebih cerdas lagi dalam menilai segala sesuatu.
Sebelum kita melihat poin poin tujuan kedatangan Sang Raja. Ada baiknya kita mengetahui sekilas tentang profil dari Raja Arab ini. Berikut sekilas profilnya yang saya dapat dari Wikipedia :
Salman bin Abdulaziz al-Saud (bahasa Arab: سلمان بن عبدالعزيز آل سعود, Salmān bin ʿAbd al-ʿAzīz ʾĀl Saʿūd
Lahir tanggal 31 Desember 1935, (sekarang umur 81 tahun) adalah Raja Arab Saudi ketujuh, Penjaga Dua Kota Suci, dan pemimpin Wangsa Saud saat ini.
Ia menjabat sebagai wakil gubernur dan kemudian Gubernur Riyadh selama 48 tahun dari tahun 1963 sampai 2011. Dia diangkat sebagai Menteri Pertahanan pada tahun 2011. Ia juga terpilih sebagai Putra Mahkota pada tahun 2012 setelah kematian saudaranya Nayef bin Abdulaziz Al Saud. Salman diangkat sebagai Raja Arab Saudi pada 23 Januari 2015 setelah kematian saudara tirinya, Raja Abdullah.
Karir Politik :
Adapun tujuan dari Raja Salman datang ke Indonesia yang saya dapat dari berbagai media adalah sebagai berikut :
1. Piknik
Betul, sejak awal
rencana kunjungan ini muncul, rombongan Raja sudah mendapatkan jadwal
untuk tetirah ke Pulau Dewata. Tepatnya, mereka akan ada di Bali pada
4-9 Maret 2017, setelah kunjungan kenegaraan dan beberapa agenda lain di
Jakarta dan Bogor pada 1-4 Maret 2017.
Namun, jangan salah. Piknik ke Bali bukan agenda wisata tunggal rombongan Raja Arab Saudi dari keseluruhan rangkaian perjalanan kenegaraannya ke kawasan Asia kali ini. Sebelum ke Indonesia, rombongan Raja sudah singgah ke Maladewa—salah satu surga wisata bahari dunia.
Meski begitu, agenda kunjungan dan piknik tersebut sebaiknya dilihat pula dari sisi positif buat Indonesia. Kalau masih saja gagal menemukan rasa positif dari kunjungan ini, coba saja hitung perputaran uangnya.
Beberapa pretelan informasi bisa jadi bahan hitungan kasar rezeki "dadakan" ini. Dari biaya hotel, kendaraan, dan urusan makanan, misalnya.
Di Jakarta, rombongan utama Raja akan menginap di hotel bintang lima di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan. Di Bali, pilihan tempat menginapnya juga tak beda kelas.
Katakanlah setiap kamar diisi dua orang anggota rombongan, dengan rata-rata rate kamar yang disewa Rp 2 juta per hari. Tinggal kalikan saja dengan sekurangnya 500 kamar dipakai selama 9 hari, sudah "ketemu" Rp 9 miliar.
Itu juga kalau "katakanlah" yang dipakai di atas sudah pas. Faktanya, harga sewa asli dari setiap hotel yang dipakai itu berkali lipat dari pemisalan di atas. Sebut saja rata-rata satu kamar bertarif Rp 5 juta, biaya sudah berlipat menjadi Rp 22,5 miliar.
Belum lagi kalau Raja dan para pangeran menggunakan kamar bertarif puluhan juta. Total angkanya bakal "lumayan banget" buat memastikan cash flow industri perhotelan.
Biar tidak sakit kepala, harga aslinya tak perlu benar-benar dihitung, kecuali memang butuh kutipan buat bikin berita atau laporan.
Aliran uang dari sewa kendaraan yang akan menjadi "kaki" rombongan selama ada di Jakarta, Bogor, dan Bali, juga jangan disepelekan. Gaji pegawai perusahaan penyewaannya amanlah harusnya bulan ini.
Tarif sewa mobil-mobil yang sejak beberapa hari lalu sudah disiapkan di kawasan Senayan ini rasanya tak mungkin di bawah Rp 1 juta per hari, kalau yang berjajar dari Mercedes Benz seri E-Class dan S-Class atau Toyota Alphard.
Dari penelusuran Kompas.com, harga sewa Mercedes-Benz E-Class di Jakarta, paling murah adalah Rp 2,5 juta per hari.
Kabar terbaru, urusan makanan pun untuk rombongan ini sampai perlu ada 150 "tukang masak" khusus.
Berdoa saja rombongan Raja Arab Saudi juga sempat "ngemil" jajanan rakyat, bawa oleh-oleh buatan Tajur, atau ngopi-ngopi di sekitar hotel. Kalau bukan para pangeran-nya, minimal ya para pengawal yang jajan sembari bertugas. Biar aliran duit lebih merata ke sekitar lokasi kunjungan.
Hitung-hitung, agenda piknik ini jadi sedikit "balas jasa" untuk Indonesia yang rutin setiap tahun memberangkatkan ratusan ribu jemaah haji. Belum lagi rombongan umrah yang mengalir sewaktu-waktu ke Tanah Suci.
Nominal yang didapat Arab Saudi dari jajan dan oleh-oleh yang dibeli para peziarah selama perjalanan religi itu juga boleh kok kalau mau dihitung...
2. Bawa agenda politik
Agenda politik bukan berarti mengajak Indonesia berganti ideologi atau jadi sekutu Arab Saudi soal perang dan konflik di Timur Tengah.
Agenda politik itu banyak, termasuk membahas masalah tenaga kerja Indonesia (TKI) dan tenaga kerja wanita (TKW) asal negeri ini yang masih sering terlunta di sana.
Raja Salman bin Abdulaziz dijadwalkan menggelar pertemuan khusus dengan Presiden Joko Widodo di Istana Bogor. Sebagai catatan, kunjungan kepala negara Arab Saudi ke Indonesia sebelum ini terjadi terakhir kali pada 1970.
Masih masuk agenda politik, Raja Salman dan rombongannya juga disebut punya jadwal bertemu sejumlah tokoh masyarakat, termasuk mengunjungi Masjid Istiqlal. Lagi-lagi, bukan buat mengajak ganti ideologi, melainkan lebih pada "kedekatan" karena data statistik penduduk Muslim Indonesia.
Soal "kedekatan" yang ini, Arab Saudi dengan penduduk sekitar 31 juta orang adalah "tuan rumah" bagi sekitar 2 juta jemaah haji per tahun. Dari jumlah "tamu" Baitullah tersebut, Indonesia pada 2017 mendapat kuota 211.000, setelah sempat mendapat kuota 168.000.
Cuma kisaran 10 persen total jemaah kelihatannya, tetapi ingat, ini dari sedunia. Jangan lupa juga, nomor urut antrean warga Indonesia untuk berhaji sudah sampai jatah belasan tahun ke depan.
Merujuk data sensus penduduk terakhir yang digelar Badan Pusat Statistik pada 2010, penduduk Muslim Indonesia tercatat mencapai 207,17 juta jiwa, dari total 237,64 juta penduduk.
3. Kepentingan bisnis
Ini juga topik yang seru disebut-sebut, terutama di media sosial dan lapak berita ekonomi. Maklum, Arab Saudi termasuk yang lumayan "kena banget" dampak anjloknya harga minyak mentah.
Buat pengingat, harga minyak dunia masih bertengger di atas 100 dollar AS per barrel pada Juni 2014, sebelum terjun bebas dan rebound-nya tertahan tak lebih dari kisaran 50 dollar AS per barrel hingga saat ini.
Padahal, minyak adalah sumber penghasilan utama Arab Saudi. Masalahnya, cadangan minyak negara itu juga bukan yang terbesar di dunia, "hanya" di kisaran seperlima cadangan global.
Pendapatan dari para peziarah jadi sumber utama kedua. Namun, sebanyak-banyaknya minat Muslim sedunia mau berhaji atau umrah, lahan Masjidil Haram punya keterbatasan daya tampung, sekalipun sudah diperluas dan bertingkat-tingkat bangunan yang mengitari Kakbah.
Sudah begitu, warga negara Arab Saudi selama ini menikmati banyak fasilitas gratis dari negara—mengandalkan pendapatan minyak. Pendapatan per kapita warga Arab Saudi pun sekarang terus turun, sejalan dengan kejatuhan harga emas hitam itu, meski masih lebih tinggi dari orang sini.
Lebih kurang dari situasi ekonomi yang terjepit tersebut, jualan pengalaman jadi pusat ladang minyak dunia jadi salah satu peluang "perpanjangan napas" keuangan Arab Saudi. Inilah yang lantas kerap disebut di pemberitaan dan media sosial, terkait rencana investasi Arab Saudi.
Lewat perusahaan negaranya, Arab Saudi disebut akan menggarap peremajaan dan pengembangan kilang minyak di Indonesia. Namun, rencana penawaran perdana saham (IPO) Aramco—perusahaan minyak tersebut—masih lebih mengemuka.
Selebihnya, semua masih kemungkinan, mengingat keuangan negara itu pun sedang kocar-kacir, bahkan sekadar untuk membayar gaji para pegawainya.
Seperti dikutip dari Bloomberg, Arab Saudi memperkirakan anggaran negaranya akan defisit 7,7 persen pada 2017, bernilai sekitar 198 miliar riyal. Sebelumnya, pada 2016, negara ini membukukan defisit anggaran sebesar 11,5 persen, senilai 297 miliar riyal.
Arab Saudi pun memperkirakan beragam skenario menyikapi efek anjloknya harga minyak masih akan berkembang hingga 2020. Meski sudah tak lagi menjadi 90 persen pendapatan, minyak lagi-lagi masih jadi harapan utama perekonomian Arab Saudi.
Pemasukan dari minyak pada 2017 diharapkan naik lagi, terutama setelah organisasi produsen dan pengekspor minyak pada pengujung November 2016 sepakat memangkas total kuota produksi kolektif.
Targetnya, Arab Saudi bisa meraup pendapatan senilai 480 miliar riyal—setara sekitar Rp 1.680 triliun memakai kurs Rp 3.500 per riyal Arab Saudi—dari minyak, untuk mengejar proyeksi penerimaan negara sebesar 692 miliar riyal pada 2017. Angka "minyak" ini naik dari realisasi 329 miliar riyal pada 2016.
4. Mempererat kerjasama bilateral antara Arab Saudi dan Indonesia
Baiklah... sekian dulu mengenai Raja Salman dari Arab Saudi dan tujuan kunjungannya ke Indonesia. Semoga tidak terjadi kesalah pahaman... Wallahu alam bish shawab...
Sumber : kompas.com | wikipedia | Bloomberg
Sebelum kita melihat poin poin tujuan kedatangan Sang Raja. Ada baiknya kita mengetahui sekilas tentang profil dari Raja Arab ini. Berikut sekilas profilnya yang saya dapat dari Wikipedia :
Salman bin Abdulaziz al-Saud (bahasa Arab: سلمان بن عبدالعزيز آل سعود, Salmān bin ʿAbd al-ʿAzīz ʾĀl Saʿūd
Lahir tanggal 31 Desember 1935, (sekarang umur 81 tahun) adalah Raja Arab Saudi ketujuh, Penjaga Dua Kota Suci, dan pemimpin Wangsa Saud saat ini.
Ia menjabat sebagai wakil gubernur dan kemudian Gubernur Riyadh selama 48 tahun dari tahun 1963 sampai 2011. Dia diangkat sebagai Menteri Pertahanan pada tahun 2011. Ia juga terpilih sebagai Putra Mahkota pada tahun 2012 setelah kematian saudaranya Nayef bin Abdulaziz Al Saud. Salman diangkat sebagai Raja Arab Saudi pada 23 Januari 2015 setelah kematian saudara tirinya, Raja Abdullah.
Karir Politik :
- 1954-1955 : Wakil gubernur kota Riyadh
- 1955-1960 : Gubernur kota Riyadh
- 1963-2011 : Gubernur kota Riyadh
- 2011-2012 : Menteri Pertahanan Kerajaan Saudi Arabia
- 2012-2015 : Putra Mahkota Kerajaan Saudi Arabia
- 2015-Sekarang : Raja Kerajaan Saudi Arabia
Adapun tujuan dari Raja Salman datang ke Indonesia yang saya dapat dari berbagai media adalah sebagai berikut :
1. Piknik
Namun, jangan salah. Piknik ke Bali bukan agenda wisata tunggal rombongan Raja Arab Saudi dari keseluruhan rangkaian perjalanan kenegaraannya ke kawasan Asia kali ini. Sebelum ke Indonesia, rombongan Raja sudah singgah ke Maladewa—salah satu surga wisata bahari dunia.
Meski begitu, agenda kunjungan dan piknik tersebut sebaiknya dilihat pula dari sisi positif buat Indonesia. Kalau masih saja gagal menemukan rasa positif dari kunjungan ini, coba saja hitung perputaran uangnya.
Beberapa pretelan informasi bisa jadi bahan hitungan kasar rezeki "dadakan" ini. Dari biaya hotel, kendaraan, dan urusan makanan, misalnya.
Di Jakarta, rombongan utama Raja akan menginap di hotel bintang lima di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan. Di Bali, pilihan tempat menginapnya juga tak beda kelas.
Katakanlah setiap kamar diisi dua orang anggota rombongan, dengan rata-rata rate kamar yang disewa Rp 2 juta per hari. Tinggal kalikan saja dengan sekurangnya 500 kamar dipakai selama 9 hari, sudah "ketemu" Rp 9 miliar.
Itu juga kalau "katakanlah" yang dipakai di atas sudah pas. Faktanya, harga sewa asli dari setiap hotel yang dipakai itu berkali lipat dari pemisalan di atas. Sebut saja rata-rata satu kamar bertarif Rp 5 juta, biaya sudah berlipat menjadi Rp 22,5 miliar.
Belum lagi kalau Raja dan para pangeran menggunakan kamar bertarif puluhan juta. Total angkanya bakal "lumayan banget" buat memastikan cash flow industri perhotelan.
Biar tidak sakit kepala, harga aslinya tak perlu benar-benar dihitung, kecuali memang butuh kutipan buat bikin berita atau laporan.
Aliran uang dari sewa kendaraan yang akan menjadi "kaki" rombongan selama ada di Jakarta, Bogor, dan Bali, juga jangan disepelekan. Gaji pegawai perusahaan penyewaannya amanlah harusnya bulan ini.
Tarif sewa mobil-mobil yang sejak beberapa hari lalu sudah disiapkan di kawasan Senayan ini rasanya tak mungkin di bawah Rp 1 juta per hari, kalau yang berjajar dari Mercedes Benz seri E-Class dan S-Class atau Toyota Alphard.
Dari penelusuran Kompas.com, harga sewa Mercedes-Benz E-Class di Jakarta, paling murah adalah Rp 2,5 juta per hari.
Kabar terbaru, urusan makanan pun untuk rombongan ini sampai perlu ada 150 "tukang masak" khusus.
Berdoa saja rombongan Raja Arab Saudi juga sempat "ngemil" jajanan rakyat, bawa oleh-oleh buatan Tajur, atau ngopi-ngopi di sekitar hotel. Kalau bukan para pangeran-nya, minimal ya para pengawal yang jajan sembari bertugas. Biar aliran duit lebih merata ke sekitar lokasi kunjungan.
Hitung-hitung, agenda piknik ini jadi sedikit "balas jasa" untuk Indonesia yang rutin setiap tahun memberangkatkan ratusan ribu jemaah haji. Belum lagi rombongan umrah yang mengalir sewaktu-waktu ke Tanah Suci.
Nominal yang didapat Arab Saudi dari jajan dan oleh-oleh yang dibeli para peziarah selama perjalanan religi itu juga boleh kok kalau mau dihitung...
2. Bawa agenda politik
Agenda politik bukan berarti mengajak Indonesia berganti ideologi atau jadi sekutu Arab Saudi soal perang dan konflik di Timur Tengah.
Agenda politik itu banyak, termasuk membahas masalah tenaga kerja Indonesia (TKI) dan tenaga kerja wanita (TKW) asal negeri ini yang masih sering terlunta di sana.
Raja Salman bin Abdulaziz dijadwalkan menggelar pertemuan khusus dengan Presiden Joko Widodo di Istana Bogor. Sebagai catatan, kunjungan kepala negara Arab Saudi ke Indonesia sebelum ini terjadi terakhir kali pada 1970.
Masih masuk agenda politik, Raja Salman dan rombongannya juga disebut punya jadwal bertemu sejumlah tokoh masyarakat, termasuk mengunjungi Masjid Istiqlal. Lagi-lagi, bukan buat mengajak ganti ideologi, melainkan lebih pada "kedekatan" karena data statistik penduduk Muslim Indonesia.
Soal "kedekatan" yang ini, Arab Saudi dengan penduduk sekitar 31 juta orang adalah "tuan rumah" bagi sekitar 2 juta jemaah haji per tahun. Dari jumlah "tamu" Baitullah tersebut, Indonesia pada 2017 mendapat kuota 211.000, setelah sempat mendapat kuota 168.000.
Cuma kisaran 10 persen total jemaah kelihatannya, tetapi ingat, ini dari sedunia. Jangan lupa juga, nomor urut antrean warga Indonesia untuk berhaji sudah sampai jatah belasan tahun ke depan.
Merujuk data sensus penduduk terakhir yang digelar Badan Pusat Statistik pada 2010, penduduk Muslim Indonesia tercatat mencapai 207,17 juta jiwa, dari total 237,64 juta penduduk.
3. Kepentingan bisnis
Ini juga topik yang seru disebut-sebut, terutama di media sosial dan lapak berita ekonomi. Maklum, Arab Saudi termasuk yang lumayan "kena banget" dampak anjloknya harga minyak mentah.
Buat pengingat, harga minyak dunia masih bertengger di atas 100 dollar AS per barrel pada Juni 2014, sebelum terjun bebas dan rebound-nya tertahan tak lebih dari kisaran 50 dollar AS per barrel hingga saat ini.
Padahal, minyak adalah sumber penghasilan utama Arab Saudi. Masalahnya, cadangan minyak negara itu juga bukan yang terbesar di dunia, "hanya" di kisaran seperlima cadangan global.
Pendapatan dari para peziarah jadi sumber utama kedua. Namun, sebanyak-banyaknya minat Muslim sedunia mau berhaji atau umrah, lahan Masjidil Haram punya keterbatasan daya tampung, sekalipun sudah diperluas dan bertingkat-tingkat bangunan yang mengitari Kakbah.
Sudah begitu, warga negara Arab Saudi selama ini menikmati banyak fasilitas gratis dari negara—mengandalkan pendapatan minyak. Pendapatan per kapita warga Arab Saudi pun sekarang terus turun, sejalan dengan kejatuhan harga emas hitam itu, meski masih lebih tinggi dari orang sini.
Lebih kurang dari situasi ekonomi yang terjepit tersebut, jualan pengalaman jadi pusat ladang minyak dunia jadi salah satu peluang "perpanjangan napas" keuangan Arab Saudi. Inilah yang lantas kerap disebut di pemberitaan dan media sosial, terkait rencana investasi Arab Saudi.
Lewat perusahaan negaranya, Arab Saudi disebut akan menggarap peremajaan dan pengembangan kilang minyak di Indonesia. Namun, rencana penawaran perdana saham (IPO) Aramco—perusahaan minyak tersebut—masih lebih mengemuka.
Selebihnya, semua masih kemungkinan, mengingat keuangan negara itu pun sedang kocar-kacir, bahkan sekadar untuk membayar gaji para pegawainya.
Seperti dikutip dari Bloomberg, Arab Saudi memperkirakan anggaran negaranya akan defisit 7,7 persen pada 2017, bernilai sekitar 198 miliar riyal. Sebelumnya, pada 2016, negara ini membukukan defisit anggaran sebesar 11,5 persen, senilai 297 miliar riyal.
Arab Saudi pun memperkirakan beragam skenario menyikapi efek anjloknya harga minyak masih akan berkembang hingga 2020. Meski sudah tak lagi menjadi 90 persen pendapatan, minyak lagi-lagi masih jadi harapan utama perekonomian Arab Saudi.
Pemasukan dari minyak pada 2017 diharapkan naik lagi, terutama setelah organisasi produsen dan pengekspor minyak pada pengujung November 2016 sepakat memangkas total kuota produksi kolektif.
Targetnya, Arab Saudi bisa meraup pendapatan senilai 480 miliar riyal—setara sekitar Rp 1.680 triliun memakai kurs Rp 3.500 per riyal Arab Saudi—dari minyak, untuk mengejar proyeksi penerimaan negara sebesar 692 miliar riyal pada 2017. Angka "minyak" ini naik dari realisasi 329 miliar riyal pada 2016.
4. Mempererat kerjasama bilateral antara Arab Saudi dan Indonesia
Baiklah... sekian dulu mengenai Raja Salman dari Arab Saudi dan tujuan kunjungannya ke Indonesia. Semoga tidak terjadi kesalah pahaman... Wallahu alam bish shawab...
Sumber : kompas.com | wikipedia | Bloomberg
Langganan:
Postingan (Atom)